29 July 2009

Bandara - 1998

Mid 1996. I was about to leave for USA, to take my master's degree, leaving everything I love behind, including my love one, Sisi. Just before I left, I had written a short story for her about how we'd meet two years later, to show her that I would be back for her. And finally I was back, and she's still the one I want, then and forever.

Here's the story:


Bandara Soekarno-Hatta, Juli 1998

Matahari hampir terbenam ketika pesawat dengan nomor penerbangan GA 234 mulai menampakkan dirinya. Perlahan-lahan burung besi itu berputar di atas bandara, menunggu gilirannya untuk mendarat. Perjalanan selama lebih dari 20 jam dari Amerika itu benar-benar menguras tenaga penumpangnya. Wajah-wajah mereka menunjukkan kelelahan yang sangat.

Seorang dari mereka, pria muda berumur 27 tahun, memperhatikan kesibukan yang terjadi di bandara. Kepenatan yang dialaminya berubah menjadi kegairahan. Gairah untuk kembali ke negara asalnya yang ditinggalkan selama dua tahun untuk menuntut ilmu. Gairah untuk kembali menemui orang-orang yang dicintai dan juga mencintainya. Terbayang olehnya wajah-wajah mereka: Mama, Daddy, Aa’, Teteh, Mena’, dan Siska....

Sisi...Sisi...nama itu terus berputar di kepalanya. Nama yang selalu menemaninya di kala ia kesepian di negeri orang, yang selalu memberinya dorongan di kala ia patah semangat...Hampir tak tertahankan olehnya rasa kangen itu, meskipun akhirnya berhasil juga ia di sana. Selamat tinggal Virginia, selamat datang Jakarta....

**

Roda-roda pesawat itu menyentuh landasan dengan perlahan. Sesaat kemudian pesawat tersebut telah berada di Gate 5. ”This is your captain speaking. Welcome to Jakarta. We are very proud to fly you here. We hope will meet again next time. Thank you very much.”

Satu persatu penumpang itu berdiri dan mulai membuat antrian untuk keluar dari pesawat. Senyum dari para pramugari yang ramah mengantarkan mereka sampai pintu gerbang. Tetapi, bagi pria itu, hanya satu senyuman yang amat diharapkannya saat ini. Dengan sedikit tergesa-gesa ia berjalan. Degup jantung di dadanya mulai bertambah kencang. Aliran darah mengalir ke seluruh tubuhnya. Langkahnya semakin dipercepat. Sedikit jengkel ia ketika di depannya terdapat pintu imigrasi. Belum lagi antrian yang begitu panjang. Rasanya berabad-abad sebelum akhirnya ia sampai di urutan terdepan.

“Selamat malam, Pak. Apa anda membawa barang seharga lebih dari 1000 dollar? Apa anda membawa barang terlarang? Apa anda.....?” Dan sejuta pertanyaan lagi sebelum semua siksaan itu berakhir.

Ia melanjutkan langkahnya. Matanya mencari-cari. ”Di mana mereka?” Dan di sana, di kejauhan dilihatnya mereka. Mereka pun melihat pria ini. Dan orang-orang itupun menuju satu titik yang alan mempertemukan mereka kembali. Pandangan pria itu tidak lepas dari Sisi. Tidak sesaatpun ia rela mengedipkan matanya, takut kalau itu berarti ia harus kehilangan sepersekian detik tidak melihatnya.

Tak lama kemudian mereka bertemu. Peluk cium dari keluarga menyambutnya. Lalu...”Sisi...” Ingin sekali pria itu memeluknya, tapi beberapa pasang mata di situ membuat ia mengurungkan niatnya. Pandangan mata darinya sudah membuat lelaki itu bahagia, karena di sana ia melihat rasa sayang, rasa kangen....Digenggamnya tangan Sisi erat-erat, seakan takut akan berpisah lagi...

**

Di pelataran bandara mereka bertemu kembali. Mereka pun berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka kembali ke rumah. Keluarga pria itu membiarkannya berjalan dengan Sisi di belakang. Sementara itu di belakang, dua orang yang saling mencintai berjalan bergandengan tangan...

”Si.., aku gak mau ada jarak lagi yang memisahkan kita. Kita harus selalu bersama. Always...”

TAMAT

(c) created by MZ

1 comments:

Anonymous said...

Love you dear!

by sisi

Post a Comment