Laiknya orang
yang bepergian ke Tanah Suci, entah dalam rangka umroh atau haji, mereka pasti akan
dibekali pengetahuan mengenai dua masjid suci, Masjid Nabawi di Madinah dan
Masjidil Haram di Makkah. Namun, meskipun demikian, tak urung banyak hal baru
yang ditemui yang tidak pernah dijelaskan sebelumnya di dalam manasik. Karena
itu, saya mencoba merangkum hal-hal yang menarik yang saya temui selama berada
di salah satu dari dua masjid suci tersebut, yaitu Masjid Nabawi.
Ada nuansa
yang berbeda antara Masjid Nabawi dengan Masjidil Haram. Masjidil Haram,
menurut saya, ibarat suatu akademi militer. Hiruk pikuk dengan orang-orang yang
bergerak bersama-sama melakukan thawaf
mengelilingi Ka’bah atau melakukan shai
antara Shafa dan Marwa sambil berlari kecil seraya mengucapkan kalimat: “Rabbighfir warham
wa'fu watakarram…” (“Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah…”).
Terus menerus, pagi siang sore malam, dua puluh empat jam. Energi yang
terpancarkan dari kegiatan-kegiatan itu subhanallah
luar biasa besarnya. Konon energi tersebutlah yang menyebabkan bumi masih tetap
berputar di porosnya. Wallahu’alam
bisawab.
Masjid
Nabawi, di sisi lain, punya nuansa yang berbeda. Saya mengibaratkan ia sebagai
pesantren. Tenang, khusyuk, syahdu, penuh dengan penyampaian ilmu dari guru
kepada muridnya, atau dari para ustadz kepada para jamaahnya. Orang-orang
menundukkan kepala, membaca kitab suci Alquran, atau menengadahkan tangan
seraya memanjatkan doa. Di sudut-sudut lain, jamaah bisa mendengarkan kajian
dari para ustadz yang disampaikan dalam berbagai bahasa termasuk bahasa
Indonesia, atau ikut belajar membaca Quran bersama jamaah lain yang dibimbing
oleh para pengajar yang disediakan oleh masjid. OK, memang ada satu spot di
Masjid Nabawi yang hiruk pikuk, yaitu di Raudhah, tapi secara umum, saya selalu
mengingat Masjid Nabawi seperti
deskripsi saya tadi.
Selepas
Shalat Subuh
ORIENTASI MASJID NABAWI
Masjid Nabawi merupakan salah
satu masjid terbesar di dunia. Tidak heran banyak orang yang tersesat di
dalamnya. Masjid tersebut dikelilingi oleh pagar dengan gerbang yang berjumlah 40
buah, sementara pintu masuk ke dalam masjid juga berjumlah 40 (lihat Denah
Masjib Nabawi).
Denah
Masjid Nabawi
Bagian
depan Masjid Nabawi ditandai dengan kubah berwarna hijau, di mana di bawahnya
terletak area Raudhah dan makam Rasulullah SAW. Waktu itu saya tinggal di hotel
di jalan Abdulaziz Bin Saleh (lihat bagian atas denah) sehingga pintu masuk
terdekat ke dalam pelataran masjid adalah melalui Gerbang 37 dan masuk ke dalam
masjid juga melalui Pintu 37.
Pertama kali
saya melihat Masjid Nabawi, saya takjub atas keindahan masjid ini. So
beautiful! Foto-foto yang saya tampilkan di sini tidak bisa menggambarkan
keindahan sebenarnya. And wait till you see the inside!
Fasad
Masjid Nabawi, Madinah.
Biasanya
selepas shalat subuh, saya menjelajah ke berbagai area masjid, salah satunya adalah
bagian atap. Akses ke atap bisa dilakukan melalui Pintu 36 dan beberapa pintu
lainnya. Ternyata area shalat di atas sangat besar. Mestinya para jamaah tidak
perlu khawatir tidak kebagian tempat untuk shalat. Namun, tentu saja di atas
ini tidak akan sesejuk di bagian dalam karena merupakan area terbuka, apalagi
jika siang hari.
Di
Atap Masjid Nabawi
View
dari Atap
AIR ZAMZAM
Di bagian
luar Masjid Nabawi banyak terdapat keran air minum yang bisa langsung kita minum
atau simpan dalam botol-botol penyimpan. Airnya sejuk dan menyegarkan, tapi
jangan salah, ini bukanlah air zam-zam, melainkan air biasa. Air zam-zam bisa
ditemui di berbagai sudut masjid, ditandai dengan termos-termos besar berwarna
krem yang diletakkan berjajar di lantai.
Termos
Air Zamzam tersebar di berbagai area Masjid Nabawi
Waktu saya
tiba di Madinah, saya dalam kondisi flu sehingga menghindari minuman dingin. Namun,
tiap kali saya menuangkan air zam-zam ke dalam gelas, lantas meminumnya, selalu
air yang didapat adalah air dingin. Tidak lama baru saya perhatikan bahwa
ternyata ada termos yang berisikan air zam-zam yang tidak dingin, ditandai
dengan tulisan “Not Cold.” Namun jumlah termos untuk air yang tidak dingin ini
memang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang dingin. Biasanya hanya
ada 1 termos yang tidak dingin dalam satu kelompok termos air zam-zam.
Selain
masalah air dingin atau tidak dingin, ada satu prosedur mengenai penggunaan
gelas untuk minum. Gelas plastik yang belum dipakai diletakkan bertumpuk di
bagian kanan dengan mulut gelas menghadap ke bawah. Setelah selesai menuangkan
air zam-zam dan meminumnya, gelas diletakkan di bagian kiri dengan mulut gelas menghadap
ke atas. Sementara jika air di gelas tidak habis, bisa dibuang di wadah penampung
di bawah termos. Kalau saya sih sayang membuang air zam-zam, teguk terus sampai
tetes terakhir..
Air
Zamzam yang dingin atau tidak dingin
Air zam-zam ini didatangkan
langsung dari Makkah dengan menggunakan truk-truk. Sepengetahuan saya,
truk-truk ini akan masuk ke lokasi parkir di bagian bawah masjid, untuk
selanjutnya air zam-zam akan dimasukkan ke dalam termos dan didistribusikan ke
dalam seluruh area masjid.
Pengelolaan
Air Zamzam
RAK-RAK
Pertama kali
masuk ke dalam Masjid Nabawi, saya meletakkan sepatu di rak sepatu di dekat pintu
masuk. Big mistake! Hehe…Karena saya doyan menjelajah, terpaksa saya harus
kembali ke pintu yang sama dengan pertama kali masuk, padahal seringkali
jaraknya amat jauh, dari ujung masjid ke ujung masjid lainnya. Ternyata, sepatu
bisa diletakkan di berbagai rak yang berada di dalam area Masjid Nabawi.
Biasanya rak-rak sepatu tersebut ada di bawah tiang-tiang yang banyak tersebar
di berbagai masjid. Jangan lupa untuk menghapal nomor rak sepatu tersebut. Saya
pernah lupa di rak berapa saya meletakkan sepatu, sehingga butuh waktu mungkin
sampai sepuluh menit baru berhasil menemukan lokasi sepatu saya berada.
Selain rak
sepatu, ada juga rak-rak Alquran dari berbagai negara dan bahasa termasuk
bahasa Indonesia. Berhubung saya bawa Alquran sendiri dari Jakarta, saya tidak
pernah menggunakan fasilitas ini.
Rak
Alquran dan Rak Sepatu
Untuk
jamaah yang membutuhkan, terdapat banyak kursi yang berada di dekat pintu masuk
maupun di berbagai lorong di masjid. Silakan ambil sendiri dan jangan lupa
untuk mengembalikan ke tempat yang telah
disediakan, meskipun tidak harus dikembalikan ke tempat semula.
Peminjaman
Kursi
BERBUKA BERSAMA
Di Masjid
Nabawi, pada saat Shalat Maghrib, ada kegiatan buka bersama. Saya lupa, apakah
setiap malam atau hanya hari Senin dan Kamis saja. Mengingat waktu itu saya
berada di Madinah selama 8 hari dan tidak setiap hari melihat ada buka puasa,
asumsi saya buka puasa ini dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Please comment
ya, jika saya salah. Menu berbukanya sendiri sangat sederhana, hanya beberapa butir kurma
dan roti bulat yang entah apa namanya, yang dipotong-potong kecil. Air minum juga tersedia, berupa air teh. Saya sangat menikmati
acara buka puasa ini, bukan dari sisi makan-minumnya, melainkan dari sisi
kebersamaan dengan jamaah lain dari seluruh dunia yang sama-sama mencari ridha
Allah di Masjid Nabawi.
Roti
dan Kurma untuk Berbuka
Suasana
Berbuka Puasa
CERAMAH SUBUH DAN MAGHRIB
Dari
obrolan sesama jamaah, saya baru tahu bahwa setiap selesai shalat Subuh dan
Maghrib ada ceramah berbahasa Indonesia di antara pilar-pilar Masjid Nabawi,
tepatnya di dekat Pintu 19. Penceramah di waktu Subuh dan Maghrib adalah orang
yang berbeda. Waktu itu, untuk penceramah ba’da Maghrib adalah Ustadz Firanda
Andirja yang belakangan setelah balik ke Jakarta baru saya tahu adalah salah
seorang dai ternama di Indonesia. Untuk penceramah ba’da Subuh adalah salah
satu mahasiswa di Universitas Islam Madinah.
Waktu itu
ada kejadian lucu. Saya sudah berada di lokasi ceramah waktu masih sepi. Satu
demi satu jamaah lain datang, saya mulai curiga, kok tampangnya lebih mirip orang
Timur Tengah dibandingkan orang Indonesia. Dan benarlah, begitu penceramah
datang dan mulai berceramah dengan bahasa yang tidak saya mengerti, saya sadar,
ini salah area, padahal sama-sama dekat Pintu 19. Lalu saya pindah ke lokasi
tidak jauh dari situ untuk ceramah khusus Bahasa Indonesia. Hebatnya, meski
banyak ceramah dilakukan bersamaan, suara speaker dari masing-masing bagian
tidak mengganggu bagian lain.
Catatan: ceramah ini kemungkinan hanya ada di musim haji.
Catatan: ceramah ini kemungkinan hanya ada di musim haji.
Ceramah Berbahasa Indonesia
MAKAM NABI MUHAMMAD SAW
Biasanya,
selepas Shalat Subuh, para jamaah akan berkunjung ke Makam Rasululllah SAW.
Untuk menuju makam nabi harus melalui Pintu 1 atau dinamai Al-Salam Gate, di
mana pergerakan jamaah diatur hanya searah mulai dari Pintu 1 ke Pintu 40.
Jamaah pun tidak diperbolehkan untuk berhenti dalam waktu lama, hanya cukup
untuk berdoa dan mengambil gambar.
Pintu
menuju makam Nabi; Menuju makam nabi; Makam Nabi
MAKAM BAQI
Baqi adalah nama makam yang berada di sisi
kiri Masjid Nabawi. Di pemakaman ini banyak terdapat keluarga serta sahabat
Nabi Muhammad yang dikuburkan. Makam ini hanya bisa dikunjungi oleh jamaah pria
saja, dan hanya dibuka pagi hari. Cocok untuk melanjutkan agenda setelah
mengunjungi Makam Rasulullah SAW.
Makam
Baqi
SEKITARAN MASJID NABAWI
Di bagian
belakang Masjid Nabawi (Gerbang 16-27) terdapat banyak hotel bintang lima yang
biasanya diperuntukkan untuk jamaah haji plus. Ada The Oberoi, Pullman Zam-zam,
dan sebagainya. Di sini juga banyak terdapat resto Indonesia yang menjual makanan
seperti bakso dan makanan khas Indonesia lainnya. Yang cukup surprise ternyata
masih ketemu Starbucks di sini. Oiya, di dekat Gerbang 20-22, ada semacam
obelisk dengan jam besar di atasnya. Ditambah dengan banyaknya burung-burung yang hinggap dan
berterbangan di sini, lokasi ini merupakan lokasi favorit untuk foto-foto buat
orang Indonesia.
Sarapan
dulu ah..
RAUDHAH
Dari
seluruh bagian di Masjid Nabawi, Raudhah adalah yang paling hiruk pikuk, penuh
dengan orang-orang yang memperebutkan space kecil yang ditandai dengan karpet hijau
yang membentang antara mimbar sampai kamar Rasulullah, seperti dikatakan dalam HR
Bukhari dan Muslim: “Rasulullah bersabda: antara mimbarku dan rumahku merupakan
taman dari taman-taman surga.” Raudhah merupakan tempat yang mustajab untuk
berdoa, itu sebabnya orang bersedia untuk rebut-rebutan di sini. Pertama kali
saya ke sana, bahkan untuk sujud pun
sangat sulit. Alhamdulillah kesekian kali ke sana berhasil juga sholat dengan posisi
sujud dan ruku yang normal.
Menuju ke
Raudhah cukup dengan menuju ke bagian depan masjid. Atau kalau pada saat
langit-langit di Masjid Nabawi dibuka (yes, atap Masjid Nabawi bisa
digeser-geser buka tutup), kita bisa lihat kubah hijau, nah di bawah itulah
lokasi Raudhah. Raudhah dibuka untuk jamaah laki-laki setiap mendekati waktu
sholat wajib. Sedangkan untuk jamaah wanita, waktunya adalah saat sholat Dhuha,
antara Dzuhur dan Ashar, dan di malam hari. Raudhah juga ditandai dengan tirai
plastik yang membentang panjang. Begitu tirai dibuka, semua orang akan berlari-lari
menuju ke arah karpet hijau. Bismillah, semoga berhasil mendapatkan posisi
sholat di Raudhah.
Raudhah
(c) images: private collections; words: by MZ